Kisah bukalapak dari awal hingga sekarang mulai usang
Istilah unicorn di Indonesia sudah mulai familiar di telinga masyarakat. Namun, masih banyak yang belum mengetahui jelas tentang apa itu Unicorn.
Unicorn merupakan istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup, dimana Unicorn memiliki definisi, yakni istilah yang digunakan untuk mengatergorikan startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1 miliar.
Berbicara mengenai kriteria unicorn, suatu startup dapat masuk ke dalam golongan unicorn jika memiliki nilai valuasi, nilai itu bisa didapatkan baik dari investor pasar publik maupun swasta.
Faktanya di Indonesia sudah ada empat startup yang sudah dinobatkan sebagai unicorn diantaranya adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Perjalanan Bisnis Bukalapak
Mengingat Bukalapak, sepuluh tahun yang lalu, Achmad Zaky sang Nahkoda Bukalapak dulunya hanyalah pria biasa yang hobi otak-atik program. Bahkan banyak orang-orang pun acuh, tak mempedulikan kegiatannya sehari-hari yang hanya duduk di depan komputer.
Namun, berkat semangatnya namanya pun mencuat bak roket hingga semakin populer saat situs Bukalapak.com yang ia rintis sukses menggebrak pasar dunia maya.
Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini memang gandrung akan dunia maya. Sejak masih duduk di sekolah menengah atas, pria berkacamata ini sudah akrab dengan komputer, khususnya software.Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak program yang sudah ia ciptakan. Hobinya ini semakin berkembang saat mulai kuliah program studi informatika di Institut Teknologi Bandung pada 2004.
Tapi, Zaky juga orang yang ingin mandiri. Dia juga sadar bahwa kedua orang tuanya hanya guru di sebuah sekolah di Sragen. Dirinya mengakui awalnya mulai bisnis membuat program software yang sering dibutuhkan perusahaan-perusahaan besar, namun, bagi orang tuanya, apa yang dilakukan Zaky ini tidak akan menjamin masa depan anaknya. Mereka meminta Zaky bekerja di perusahaan dan mendapatkan gaji tetap.
Selama setahun dia menganggur. "Tapi nganggurnya anak Bandung itu tidak langsung benar-benar tidak kerja. Saya masih lanjutin proyekan, tapi, ya, tidak menjanjikan masa depan," kata Zaky.
Lantas dia menemukan sebuah gagasan. Terilhami dari kehidupan konsumtif masyarakat Indonesia, dia ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dia mengaku kesal dengan aktivitas warga di dunia maya yang hanya bermain di sosial media. Jumlahnya pun tidak main-main: 50 juta per hari.
Dongkolnya, semua aktivitas itu hanya konsumtif belaka. Apalagi dia melihat kalau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah saat itu belum melek pemasaran, manajemen, dan teknologi. Akhirnya pada akhir 2009 bersama teman lamanya, Nugroho Herucahyono, ia merintis start up Bukalapak.com.
"Saya sempat lihat daftar website e-commerce di Indonesia, tapi ternyata tidak ada satu pun perusahaan e-commerce yang besar," kata dia.
Ia mengaku tidak butuh modal besar untuk membangun perusahaan layanan online marketplace tersebut. Modalnya hanya biaya hidupnya, yang ia penuhi dari hasil proyek membuat program pesanan klien. Baru beberapa hari diluncurkan, animo masyarakat sudah terlihat. Singkatnya pada awal 2010, orang yang telah bergabung ke Bukalapak.com mencapai 10.000 pelaku UMKM.
Usahanya kian berkembang. Beberapa investor tiba-tiba datang menawarkan modal, seperti Softbank Corp dari Jepang dan Sequoia dari Amerika Serikat. Zaky sempat ingin menolak karena mengira investor Jepang ingin mengakuisisi start-up-nya. Tapi belakangan dia tahu bahwa investor hanya berniat memberi modal 15% dan pengelolaan tetap ada di tangan Zaky dan Nugroho.
Hingga sampai Pada tahun 2012 lalu, Bukalapak mendapatkan investasi seri A dari dari GREE Venture. Pendanaan selanjutnya, Bukalapak juga mendapatkan dari 500 Startups.
Tak sampai disitu, pada Februari 2015, Bukalapak menerima pendanaan seri B lewat KMK Online. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK Group) sebagai Lead Investor dalam pendanaan tersebut.
Kucuran dana Bukalapak terus mengalir, kali ini datang dari anak perusahaan Alibaba yaitu, Ant Financial senilai USD1,1 miliar pada Agustus 2017. Hingga diulang tahun yang ke 8, Achmad Zaky memberi kejutan. Zaky mengklaim bahwa perusahaan yang didirikannya itu telah berstatus Unicorn.
Hal ini membuat Bukalapak menjadi perusahaan Startup Indonesia ke-empat yang mendapatkan gelar tersebut, yang sebelumnya telah diperoleh Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.
Pada Oktober 2018, Bukalapak memperkuat eksistensinya dengan mengakuisisi e-commerce asal Bandung, Prelo. Dua bulan kemudian perusaaan ini mengoperasikan kantor riset dan pengembangan atau biasa dikenal dengan R&D di kota kembang, Bandung.
Lalu, pada awal tahun ini, Bukalapak kembali mendapat pendanaan. Investor Korea Selatan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund menyuntikkan dana segar senilai USD50 juta. Dari laporan keuangan, EMTEK mencatat pendapatan dari salah satu entitasnya Bukalapak senilai Rp248,74 miliar. Nilai itu tumbuh 407,64% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Kabar Tak Sedap Mengenai PHK Karyawan
Baru-baru ini kabar tak sedap mulai berhembus, dimana perusahaan e-commerce yang telah menyandang status unicorn tersebut dikabarkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK) kepada para karyawannya.
Menurut Chief of Strategy Officer of Bukalapak Teddy Oetomo mengungkapkan bahwa Bukalapak perlu melakukan penataan diri untuk mengikuti dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang kian maju.
"Bukalapak bertujuan untuk menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan menciptakan dampak positif untuk Indonesia. Oleh karena itu, kami perlu melakukan penyelarasan secara internal untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang kami, melakukan penataan yang diperlukan, serta menentukan arah selanjutnya," ujarnya melalui pernyataan resmi Bukalapak.
Teddy menyebutkan Bukalapak ingin menjadi sustainable e-commerce alias perusahaan e-dagang yang menghasilkan keuntungan sangat penting bagi perusahaannya.
Menurutnya saat ini, Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh tak hanya sekedar pertumbuhan GMV.
"Walaupun pertumbuhan GMV adalah indikator yang penting bagi semua e-commerce, Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh dan menghasilkan kenaikan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas, yang saat ini berjalan dengan baik dan bahkan melampaui ekspektasi kami," ungkap Teddy.
Wajarkah PHK Karyawan di saat Persaingan Ketat Start up saat ini ?
Menurut Rudiantara, langkah pemangkasan karyawan Bukalapak adalah sebagai upaya untuk mengejar pendapatan dan menjawab tantangan pasar yang begitu sengit. Sehingga pemangkasan karyawan hal yang wajar-wajar saja.
"Mengacu kepada kontesasi peningkatan bisnis dan persaingan pasar yang kian sengit penataan ulang Perusahaan melalui pemangkasan karyawan yang dilakukan oleh Bukalapak ini merupakan hal yang biasa," ujarnya, setelah memberikan sambutan di diskusi Ruang Akurat di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Lagipula, lanjut Rudiantara, pemangkasan karyawan Bukalapak sekitar 100 orang dari 2600 karyawan terbilang cukup kecil, lagipula Bukalapak kedepannya pasti akan menambah pegawai lagi karena pertumbuhan bisnisnya cukup masif.
Maka dengan itu, lanjut Rudiantara, orang yang bekerja di Industri startup tak perlu khawatir dengan pemotongan karyawan, selama dirinya yakin masih memiliki kapabilitas dan kapasitas.
Senada dengan pernyataan Rudiantara, Ketua Umum E-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung menyebutkan bahwa hal yang dilakukan oleh Bukalapak untuk menata diri perusahaan merupakan hal yang wajar.
"Di tengah persaingan yg ketat, pergantian strategy merupakan sesuatu yg wajar," ujarnya ketika dihubungi, Selasa (10/9/2019).
Mengenai prediksi kedepannya apakah akan ada Unicorn lainnya melakukan hal yang dilakukan Bukalapk, Ignatius menyatakan hal tersebut tak bisa diprediksi.
"Soal apakah akan ada Unicorn lainnya melakukan hal tersebut, ga bisa diprediksi mas," tutupnya.
Unicorn merupakan istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup, dimana Unicorn memiliki definisi, yakni istilah yang digunakan untuk mengatergorikan startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1 miliar.
Berbicara mengenai kriteria unicorn, suatu startup dapat masuk ke dalam golongan unicorn jika memiliki nilai valuasi, nilai itu bisa didapatkan baik dari investor pasar publik maupun swasta.
Faktanya di Indonesia sudah ada empat startup yang sudah dinobatkan sebagai unicorn diantaranya adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Perjalanan Bisnis Bukalapak
Mengingat Bukalapak, sepuluh tahun yang lalu, Achmad Zaky sang Nahkoda Bukalapak dulunya hanyalah pria biasa yang hobi otak-atik program. Bahkan banyak orang-orang pun acuh, tak mempedulikan kegiatannya sehari-hari yang hanya duduk di depan komputer.
Namun, berkat semangatnya namanya pun mencuat bak roket hingga semakin populer saat situs Bukalapak.com yang ia rintis sukses menggebrak pasar dunia maya.
Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini memang gandrung akan dunia maya. Sejak masih duduk di sekolah menengah atas, pria berkacamata ini sudah akrab dengan komputer, khususnya software.Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak program yang sudah ia ciptakan. Hobinya ini semakin berkembang saat mulai kuliah program studi informatika di Institut Teknologi Bandung pada 2004.
Tapi, Zaky juga orang yang ingin mandiri. Dia juga sadar bahwa kedua orang tuanya hanya guru di sebuah sekolah di Sragen. Dirinya mengakui awalnya mulai bisnis membuat program software yang sering dibutuhkan perusahaan-perusahaan besar, namun, bagi orang tuanya, apa yang dilakukan Zaky ini tidak akan menjamin masa depan anaknya. Mereka meminta Zaky bekerja di perusahaan dan mendapatkan gaji tetap.
Selama setahun dia menganggur. "Tapi nganggurnya anak Bandung itu tidak langsung benar-benar tidak kerja. Saya masih lanjutin proyekan, tapi, ya, tidak menjanjikan masa depan," kata Zaky.
Lantas dia menemukan sebuah gagasan. Terilhami dari kehidupan konsumtif masyarakat Indonesia, dia ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dia mengaku kesal dengan aktivitas warga di dunia maya yang hanya bermain di sosial media. Jumlahnya pun tidak main-main: 50 juta per hari.
Dongkolnya, semua aktivitas itu hanya konsumtif belaka. Apalagi dia melihat kalau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah saat itu belum melek pemasaran, manajemen, dan teknologi. Akhirnya pada akhir 2009 bersama teman lamanya, Nugroho Herucahyono, ia merintis start up Bukalapak.com.
"Saya sempat lihat daftar website e-commerce di Indonesia, tapi ternyata tidak ada satu pun perusahaan e-commerce yang besar," kata dia.
Ia mengaku tidak butuh modal besar untuk membangun perusahaan layanan online marketplace tersebut. Modalnya hanya biaya hidupnya, yang ia penuhi dari hasil proyek membuat program pesanan klien. Baru beberapa hari diluncurkan, animo masyarakat sudah terlihat. Singkatnya pada awal 2010, orang yang telah bergabung ke Bukalapak.com mencapai 10.000 pelaku UMKM.
Usahanya kian berkembang. Beberapa investor tiba-tiba datang menawarkan modal, seperti Softbank Corp dari Jepang dan Sequoia dari Amerika Serikat. Zaky sempat ingin menolak karena mengira investor Jepang ingin mengakuisisi start-up-nya. Tapi belakangan dia tahu bahwa investor hanya berniat memberi modal 15% dan pengelolaan tetap ada di tangan Zaky dan Nugroho.
Hingga sampai Pada tahun 2012 lalu, Bukalapak mendapatkan investasi seri A dari dari GREE Venture. Pendanaan selanjutnya, Bukalapak juga mendapatkan dari 500 Startups.
Tak sampai disitu, pada Februari 2015, Bukalapak menerima pendanaan seri B lewat KMK Online. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK Group) sebagai Lead Investor dalam pendanaan tersebut.
Kucuran dana Bukalapak terus mengalir, kali ini datang dari anak perusahaan Alibaba yaitu, Ant Financial senilai USD1,1 miliar pada Agustus 2017. Hingga diulang tahun yang ke 8, Achmad Zaky memberi kejutan. Zaky mengklaim bahwa perusahaan yang didirikannya itu telah berstatus Unicorn.
Hal ini membuat Bukalapak menjadi perusahaan Startup Indonesia ke-empat yang mendapatkan gelar tersebut, yang sebelumnya telah diperoleh Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.
Pada Oktober 2018, Bukalapak memperkuat eksistensinya dengan mengakuisisi e-commerce asal Bandung, Prelo. Dua bulan kemudian perusaaan ini mengoperasikan kantor riset dan pengembangan atau biasa dikenal dengan R&D di kota kembang, Bandung.
Lalu, pada awal tahun ini, Bukalapak kembali mendapat pendanaan. Investor Korea Selatan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund menyuntikkan dana segar senilai USD50 juta. Dari laporan keuangan, EMTEK mencatat pendapatan dari salah satu entitasnya Bukalapak senilai Rp248,74 miliar. Nilai itu tumbuh 407,64% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Kabar Tak Sedap Mengenai PHK Karyawan
Baru-baru ini kabar tak sedap mulai berhembus, dimana perusahaan e-commerce yang telah menyandang status unicorn tersebut dikabarkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK) kepada para karyawannya.
Menurut Chief of Strategy Officer of Bukalapak Teddy Oetomo mengungkapkan bahwa Bukalapak perlu melakukan penataan diri untuk mengikuti dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang kian maju.
"Bukalapak bertujuan untuk menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan menciptakan dampak positif untuk Indonesia. Oleh karena itu, kami perlu melakukan penyelarasan secara internal untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang kami, melakukan penataan yang diperlukan, serta menentukan arah selanjutnya," ujarnya melalui pernyataan resmi Bukalapak.
Teddy menyebutkan Bukalapak ingin menjadi sustainable e-commerce alias perusahaan e-dagang yang menghasilkan keuntungan sangat penting bagi perusahaannya.
Menurutnya saat ini, Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh tak hanya sekedar pertumbuhan GMV.
"Walaupun pertumbuhan GMV adalah indikator yang penting bagi semua e-commerce, Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh dan menghasilkan kenaikan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas, yang saat ini berjalan dengan baik dan bahkan melampaui ekspektasi kami," ungkap Teddy.
Wajarkah PHK Karyawan di saat Persaingan Ketat Start up saat ini ?
Menurut Rudiantara, langkah pemangkasan karyawan Bukalapak adalah sebagai upaya untuk mengejar pendapatan dan menjawab tantangan pasar yang begitu sengit. Sehingga pemangkasan karyawan hal yang wajar-wajar saja.
"Mengacu kepada kontesasi peningkatan bisnis dan persaingan pasar yang kian sengit penataan ulang Perusahaan melalui pemangkasan karyawan yang dilakukan oleh Bukalapak ini merupakan hal yang biasa," ujarnya, setelah memberikan sambutan di diskusi Ruang Akurat di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Lagipula, lanjut Rudiantara, pemangkasan karyawan Bukalapak sekitar 100 orang dari 2600 karyawan terbilang cukup kecil, lagipula Bukalapak kedepannya pasti akan menambah pegawai lagi karena pertumbuhan bisnisnya cukup masif.
Maka dengan itu, lanjut Rudiantara, orang yang bekerja di Industri startup tak perlu khawatir dengan pemotongan karyawan, selama dirinya yakin masih memiliki kapabilitas dan kapasitas.
Senada dengan pernyataan Rudiantara, Ketua Umum E-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung menyebutkan bahwa hal yang dilakukan oleh Bukalapak untuk menata diri perusahaan merupakan hal yang wajar.
"Di tengah persaingan yg ketat, pergantian strategy merupakan sesuatu yg wajar," ujarnya ketika dihubungi, Selasa (10/9/2019).
Mengenai prediksi kedepannya apakah akan ada Unicorn lainnya melakukan hal yang dilakukan Bukalapk, Ignatius menyatakan hal tersebut tak bisa diprediksi.
"Soal apakah akan ada Unicorn lainnya melakukan hal tersebut, ga bisa diprediksi mas," tutupnya.
Posting Komentar untuk "Kisah bukalapak dari awal hingga sekarang mulai usang"