Bahasa Lampung Salah Satu Bahasa Yang Akan Punah
Indonesia merupakan negara multikultural, yaitu negara yang memiliki berbagai keragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa. Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi, keanekaragaman tersebut kini terancam. Keanekaragam yang menjadi sorotan utama terutama di daerah Provinsi Lampung yaitu keanekaragaman bahasa daerah yang semakin ditinggalkan dan nyaris punah. Keanekaragaman yang ada pada masyarakat kota Bandar Lampung mengakibatkan bahasa daerah Lampung mengalami pergeseran. Pergeseran dan pemertahanan bahasa daerah menurut Sumarsono (2011) merupakan dua sisi mata uang. Fenomena ini merupakan dua fenomena yang terjadi bersamaan. Bahasa menggeser bahasa lain atau bahasa yang tak tergeser oleh bahasa lain, bahasa yang tergeser adalah bahasa yang tidak mampu mempertahankan diri. Kondisi tersebut terjadi pada saat suatu masyarakat (komunitas bahasa) memilih untuk menggunakan atau meninggalkan pemakaian suatu bahasa. Pilihan atas salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam rentang waktu yang panjang.
Rentang waktu ini bisa mencapai lebih dari dua atau tiga generasi. Fasold (dalam Lukman: 2000) mengungkapkan bahwa pergeseran dan pemertahanan bahasa ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dia merupakan hasil kolektif dari pilihan bahasa (language choice). Dalam pemertahanan bahasa, masyarakat secara kolektif menentukan untuk melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai. Ketika sebuah masyarakat memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula digunakan bahasa lama, pada saat itu merupakan kemungkinan terjadinya proses sebuah pergeseran bahasa. Bahasa daerah di Indonesia berjumlah lebih dari 700an dari total sekitar 6000 bahasa yang tersebar di seluruh dunia. Untuk jumlah bahasa daerah di Indonesia, ada peneliti yang mengatakan jumlah bahasa daerah di tanah air sebanyak 706, ada yang mengemukakan jumlah bahasa daerah sebanyak 720 bahasa dan bahkan data dari SIL (Summer Institute of Linguistics) menunjukan angka 735 bahasa daerah yang tersebar (lihat Macaryus dalam Mulyana, 2008:123-124). Dari jumlah bahasa tersebut, dapat dikelompokan dalam dua katagori besar yaitu bahasa daerah yang kuat dan bahasa daerah yang tergolong lemah. Bahasa yang kuat adalah bahasa yang dianggap masih bisa bertahan hidup dalam kurun waktu yang masih lama.Sedangkan bahasa yang lemah adalah bahasa daerah yang rentan dengan masalah-masalah yang mengkhawatirkan,
85 yakni kepunahan atau kematian. Kekuatansuatu bahasa dapat dilihat dari jumlah penutur yang masih aktif menggunakan bahasanya di atas 100.000 orang. Sementara bahasa dengan jumlah penutur di bawah 100.000 orang tergolong bahasa yang lemah dan terancam mati atau punah. Bila dilihat dari jumlah penuturnya, maka bahasa-bahasa yang sangat kuat adalah bahasa Jawa, Sunda, dan Madura. Bahasa-bahasa tersebut dianggap kuat atau sehat dan akan mampu bertahan dalam waktu yang relatif lama. Meskipun penutur bahasa Jawa, misalnya, dengan penutur terbanyak dari semua bahasa daerah di Indonesia tidak melakukan transferensi bahasa, maka ketika terjadi pergantian generasi, maka bahasa ini juga tidak lepas dari kepunahan. Bahasa Lampung adalah bahasa daerah dan sebagai bahasa ibu bagi masyarakat di Provinsi Lampung. Bahasa Lampung dibagi menjadi 2 yaitu Pepadun dan Saibatin. Perbedaan Bahasa Lampung pada letak geografis. Bahasa Lampung dengan Dialek Nyow (Pepadun) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Lampung di wilayah nonpesisir.
Adapun Bahasa Lampung Dialek Api (Saibatin) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat pesisir. Dengan demikian Bahasa Lampung adalah bahasa daerah yang dituturkan oleh Ulun Lampung dan juga merupakan identitas Provinsi Lampung. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang letaknya sangat strategis. Letaknya yang berada di ujung Selatan pulau Sumatera, menjadikan Lampung sebagai satu-satunya pintu gerbang bagi mereka yang ingin masuk ke Pulau Sumatera. Itulah salah satu faktor yang membuat Lampung ramai didatangi oleh para pendatang dari berbagai macam suku. Majemuknya komposisi masyarakat yang ada di Lampung tersebut, bukannya tidak berdampak bagi kelangsungan masyarakat asli Lampung itu sendiri. Terutama di Kota Bandar Lampung, salah satu dampaknya adalah semakin memudarnya penggunaan bahasa asli daerah Lampung di kota ini. Pudarnya jumlah penutur Bahasa Lampung di Kota Bandar Lampung ini dapat menyebabkan punahnya bahasa Lampung sebagai jati diri dan ciri khas daerah Lampung di kemudian hari. Bahasa Lampung sebagai salah satu dari bahasa daerah yang dituturkan di Provinsi Lampung khususnya di Kota Bandar Lampung juga mengalami permasalahan yang terkait dengan pergeseran bahasa yang mengarah pada kematian bahasa. Hal ini dapat terlihat dari semakin rendahnya tingkat penggunaan bahasa ini dalam komunikasi antar penuturnya.
86 Bahasa Lampung merupakan alat komunikasi masyarakat Lampung namun pada kenyataannya Bahasa Lampung sudah jarang digunakan terutama bagi remaja. Sebagian besar hanya mengetahui Bahasa Lampung tanpa mampu menuturkannya.
Suku Lampung menggunakan Bahasa Lampung hanya dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga, sesama Suku Lampung, dan pada upacara adat. Dalam berkomunikasi dengan masyarakat pendatang, Suku Lampung menggunakan Bahasa Indonesia. Hal ini berhubungan dengan penggunaan Bahasa Lampung yang kian menurun, dengan adanya heterogenitas suku dan amalgamasi telah mempersempit ruang lingkup perkembangan Bahasa Lampung itu sendiri. Letak provinsi Lampung yang strategis membuat arus kedatangan dan tingkat interaksi masyarakat dengan latar belakang bahasa yang berbeda sangat tinggi. Keadaan ini semakin mengharuskan setiap individu menggunakan bahasa pengantar yang dapat dimengerti oleh semua orang dengan latar belakang bahasa yang berbeda guna mencapai tujuan komunikasi yang baik. Bahasa yang dapat digunakan oleh semua orang dengan latar belakang bahasa yang berbeda tersebut adalah bahasa Indonesia. Tingginya intensitas penggunaan bahasa Indonesia tersebut menjadikan bahasa ini sebagai bahasa pemangsa untuk bahasa-bahasa daerah di provinsi Lampung khususnya di kota Bandar Lampung. Bahasa Indonesia ini sudah menguasai seluruh ranah komunikasi bukan hanya untuk penutur yang berbeda bahasa ibu, namun komunikasi antarsesama anggota etnis suku Lampung (penutur bahasa Lampung) pun sudah menggunakan bahasa Indonesia, lebih-lebih lagi di ranah keluarga yang menjadi dasar pemertahanan. Dengan kata lain, telah terjadi pergeseran bahasa (language shift) dari bahasa Lampung ke bahasa Indonesia. Sehingga penutur bahasa Lampung telah menjadi penutur multi bahasa dengan tingkat penggunaan bahasa Lampungnya yang sangat rendah (language
attrition) seiring dengan ranah komunikasi yang sudah didominasi oleh bahasa Indonesia.
Rentang waktu ini bisa mencapai lebih dari dua atau tiga generasi. Fasold (dalam Lukman: 2000) mengungkapkan bahwa pergeseran dan pemertahanan bahasa ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dia merupakan hasil kolektif dari pilihan bahasa (language choice). Dalam pemertahanan bahasa, masyarakat secara kolektif menentukan untuk melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai. Ketika sebuah masyarakat memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula digunakan bahasa lama, pada saat itu merupakan kemungkinan terjadinya proses sebuah pergeseran bahasa. Bahasa daerah di Indonesia berjumlah lebih dari 700an dari total sekitar 6000 bahasa yang tersebar di seluruh dunia. Untuk jumlah bahasa daerah di Indonesia, ada peneliti yang mengatakan jumlah bahasa daerah di tanah air sebanyak 706, ada yang mengemukakan jumlah bahasa daerah sebanyak 720 bahasa dan bahkan data dari SIL (Summer Institute of Linguistics) menunjukan angka 735 bahasa daerah yang tersebar (lihat Macaryus dalam Mulyana, 2008:123-124). Dari jumlah bahasa tersebut, dapat dikelompokan dalam dua katagori besar yaitu bahasa daerah yang kuat dan bahasa daerah yang tergolong lemah. Bahasa yang kuat adalah bahasa yang dianggap masih bisa bertahan hidup dalam kurun waktu yang masih lama.Sedangkan bahasa yang lemah adalah bahasa daerah yang rentan dengan masalah-masalah yang mengkhawatirkan,
85 yakni kepunahan atau kematian. Kekuatansuatu bahasa dapat dilihat dari jumlah penutur yang masih aktif menggunakan bahasanya di atas 100.000 orang. Sementara bahasa dengan jumlah penutur di bawah 100.000 orang tergolong bahasa yang lemah dan terancam mati atau punah. Bila dilihat dari jumlah penuturnya, maka bahasa-bahasa yang sangat kuat adalah bahasa Jawa, Sunda, dan Madura. Bahasa-bahasa tersebut dianggap kuat atau sehat dan akan mampu bertahan dalam waktu yang relatif lama. Meskipun penutur bahasa Jawa, misalnya, dengan penutur terbanyak dari semua bahasa daerah di Indonesia tidak melakukan transferensi bahasa, maka ketika terjadi pergantian generasi, maka bahasa ini juga tidak lepas dari kepunahan. Bahasa Lampung adalah bahasa daerah dan sebagai bahasa ibu bagi masyarakat di Provinsi Lampung. Bahasa Lampung dibagi menjadi 2 yaitu Pepadun dan Saibatin. Perbedaan Bahasa Lampung pada letak geografis. Bahasa Lampung dengan Dialek Nyow (Pepadun) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Lampung di wilayah nonpesisir.
Adapun Bahasa Lampung Dialek Api (Saibatin) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat pesisir. Dengan demikian Bahasa Lampung adalah bahasa daerah yang dituturkan oleh Ulun Lampung dan juga merupakan identitas Provinsi Lampung. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang letaknya sangat strategis. Letaknya yang berada di ujung Selatan pulau Sumatera, menjadikan Lampung sebagai satu-satunya pintu gerbang bagi mereka yang ingin masuk ke Pulau Sumatera. Itulah salah satu faktor yang membuat Lampung ramai didatangi oleh para pendatang dari berbagai macam suku. Majemuknya komposisi masyarakat yang ada di Lampung tersebut, bukannya tidak berdampak bagi kelangsungan masyarakat asli Lampung itu sendiri. Terutama di Kota Bandar Lampung, salah satu dampaknya adalah semakin memudarnya penggunaan bahasa asli daerah Lampung di kota ini. Pudarnya jumlah penutur Bahasa Lampung di Kota Bandar Lampung ini dapat menyebabkan punahnya bahasa Lampung sebagai jati diri dan ciri khas daerah Lampung di kemudian hari. Bahasa Lampung sebagai salah satu dari bahasa daerah yang dituturkan di Provinsi Lampung khususnya di Kota Bandar Lampung juga mengalami permasalahan yang terkait dengan pergeseran bahasa yang mengarah pada kematian bahasa. Hal ini dapat terlihat dari semakin rendahnya tingkat penggunaan bahasa ini dalam komunikasi antar penuturnya.
86 Bahasa Lampung merupakan alat komunikasi masyarakat Lampung namun pada kenyataannya Bahasa Lampung sudah jarang digunakan terutama bagi remaja. Sebagian besar hanya mengetahui Bahasa Lampung tanpa mampu menuturkannya.
Suku Lampung menggunakan Bahasa Lampung hanya dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga, sesama Suku Lampung, dan pada upacara adat. Dalam berkomunikasi dengan masyarakat pendatang, Suku Lampung menggunakan Bahasa Indonesia. Hal ini berhubungan dengan penggunaan Bahasa Lampung yang kian menurun, dengan adanya heterogenitas suku dan amalgamasi telah mempersempit ruang lingkup perkembangan Bahasa Lampung itu sendiri. Letak provinsi Lampung yang strategis membuat arus kedatangan dan tingkat interaksi masyarakat dengan latar belakang bahasa yang berbeda sangat tinggi. Keadaan ini semakin mengharuskan setiap individu menggunakan bahasa pengantar yang dapat dimengerti oleh semua orang dengan latar belakang bahasa yang berbeda guna mencapai tujuan komunikasi yang baik. Bahasa yang dapat digunakan oleh semua orang dengan latar belakang bahasa yang berbeda tersebut adalah bahasa Indonesia. Tingginya intensitas penggunaan bahasa Indonesia tersebut menjadikan bahasa ini sebagai bahasa pemangsa untuk bahasa-bahasa daerah di provinsi Lampung khususnya di kota Bandar Lampung. Bahasa Indonesia ini sudah menguasai seluruh ranah komunikasi bukan hanya untuk penutur yang berbeda bahasa ibu, namun komunikasi antarsesama anggota etnis suku Lampung (penutur bahasa Lampung) pun sudah menggunakan bahasa Indonesia, lebih-lebih lagi di ranah keluarga yang menjadi dasar pemertahanan. Dengan kata lain, telah terjadi pergeseran bahasa (language shift) dari bahasa Lampung ke bahasa Indonesia. Sehingga penutur bahasa Lampung telah menjadi penutur multi bahasa dengan tingkat penggunaan bahasa Lampungnya yang sangat rendah (language
attrition) seiring dengan ranah komunikasi yang sudah didominasi oleh bahasa Indonesia.
Posting Komentar untuk "Bahasa Lampung Salah Satu Bahasa Yang Akan Punah"