Novel Sang Gubernur Jenderal karangan Rahmat Ali
Novel Sang Gubernur Jenderal karangan Rahmat Ali bercerita
tentang sejarah Mataram yang menggempur Batavia yang ketika itu dipimpin oleh
Gubernur Jenderal bernama Jan Pieterzoon Coen.
Bermula ketika JP Coen menyerang Jayakarta yang dipimpin
oleh pangeran Wijayakrama. Serangan JP Coen sempat dihalau pangeran Wijayakrama
hingga JP Coen harus melarikan diri ke Ambon. Akan tetapi, setelah mendapat
banyak bantuan, Coen menyerang lagi dan Jayakarta dibumihanguskan. Wijayakrama
akhirnya wafat di Pontang dan para prajuritnya banyak yang menjadi tahanan dan
adapula yang melarikan diri ke luar Jayakarta. kemudian JP Coen memimpin
Jayakarta sebagai gubernur Jenderal. Nama Jayakarta diubah menjadi Batavia atau
orang-orang pribumi menyebutnya Betawi. Dalam masa jabatan JP Coen ini, dia
mendirikan VOC pada tahun 1619.
Jauh di sebelah timur Batavia, terdapat kerajaan yang makmur
dan tenteram, Mataram namanya. Rajanya bernama Sultan Agung dan penasihatnya
bernama Ki Mertani. Di Mataram, semua peraturan dijaga ketat. Jika ada orang
yang mencurigakan atau berniat tidak baik terhadap Mataram, segera diadili.
Suatu hari, seorang prajurit dari Jayakarta bernama Pande
Wulung entah bagaimana caranya dia sampai ke tanah Mataran karena tanah asalnya
sudah ditempati Belanda. Pande Wulung dan teman-temannya dicurigai sebagai
mata-mata dan dijebloskan ke dalam kerangkeng besi yang berisi macan. Pande
Wulung diharuskan bertarung dengan macan tersebut jika ingin selamat. Pande
Wulung akhirnya berhasil menaklukan macan tersebut dan dia diangkat menjadi
prajurit kerajaan Mataram.
Semakin hari, Pande Wulung memberikan prestasi yang baik
bagi Mataram di medan perang sehingga dia diangkat menjadi pemimpin pasukan.
Pande Wulung diberikan harta dan tempat tinggal yang sangat layak. Keberanian
Pande Wulung sudah diketahui Sultan Agung hingga Sultan pun memuji keberanian
Pande Wulung. Mataram beberapa kali melakukan ekspansi ke luar wilayah Jawa
untuk menaklukan daerah-daerah yang belum tunduk dan hasilnya selalu memuaskan.
Mataram selalu berhasil dalam menaklukan daerah-daerah menjadi bagian dari
kekuasaannya.
Suatu hari, Gubernur Jenderal Batavia ingin membeli beras
dari Mataram yang terkenal enak, tetapi Mataram tidak mau menjualnya kepada
Belanda karena tahu bahwa Belanda sangat licik. Akan tetapi, Sultan berubah
pikiran. Sultan ingin bekerja sama dengan Belanda dan kemudian bersama-sama
menyerang Banten. Belanda tidak mau dan hal itu menimbulkan kemarahan Sultan.
Akhirnya Mataram berniat untuk menggempur Batavia. Sebelum gempuran itu dilakukan,
Pande Wulung dan beberapa prajurit handal yang lain ditugaskan untuk menyamar
sebagai orang Batavia dan memata-matai pergerakan-pergerakan di Batavia. Siasat
Pande Wulung berjalan lancar berkat bantuan istrinya yang sudah lama
ditinggalkannya di Jayakarta. Istri Pande Wulung tersebut bekerja sebagai
pembantu rumah tangga di istana JP Coen. Ini menguntungkan Pande Wulung yang
mendapatkan informasi secara langsung dan akurat.
Setelah waktunya tiba, Mataram menyerang Batavia dari
berbagai sisi hingga Batavia terkepung. Penyerangan dilakukan selama
berbulan-bulan. Beribu-ribu prajurit Mataran dikerahkan menuju Batavia. Baik
prajurit Mataram maupun prajurit Batavia banyak yang gugur di medan
pertempuran.
Pande Wulung yang mendapat tugas langsung dari Sultan segera
membuat siasat. Dia berhasil masuk ke kamar JP Coen dan berhasil membunuh JP
Coen dengan kerisnya. Akhirnya kemenangan diraih Mataram. Kemudian jasad JP
Coen disemayamkan secara resmi di halaman gereja Nederlandsche Kerk yang
sebelumnya disemayamkan secara sembunyi-sembunyi dan diberitakan bahwa JP Coen
meninggal karena penyakit kolera.
Kondisi memang semakin membaik, tetapi sebenarnya Sultan
Agung sedang menyiapkan penyerangan selanjutnya yang lebih besar agar Belanda
benar-benar hancur. Akan tetapi, sebelum rencana itu dilaksanakan, pada tahun
1645 Sultan Agung wafat dan tahta kerajaan Mataram diturunkan kepada Amangkurat
I.
Posting Komentar untuk "Novel Sang Gubernur Jenderal karangan Rahmat Ali "