Ini tentang bahasa melayu nemu di google Part 1 - Navigasi News
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini tentang bahasa melayu nemu di google Part 1


Bahasa Proto Melayu yang merupakan pecahan dari Malayo-Polynesian ini kemungkinan besar diucapkan pertama kali di daerah Borneo (Kalimantan) bagian utara-tengah, sebelum akhirnya berpencar ke penjuru Nusantara bagian barat dan tengah dan lambat laun mengalami perubahan menjadi bahasa Dayak, Melayu Riau, Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Bali, dan sebagainya.

Sayangnya, rekonstruksi bahasa Proto-Melayu ini belom final dan masih banyak yang sama seperti hasil rekonstruksi bahasa Proto-Austronesia. Jadinya yaah, kita kali ini ga bisa bermain dengan kata-kata deh seperti pada tabel sebelumnya. Tapi tenang aja, di bahasa selanjutnya kita bisa bermain lagi. Untuk menghibur hati elo sekalian, kita bisa banding-bandingin deh bahasa kita sama bahasa Tagalog, bahasa Madagaskar (Malagasy), bahasa Selandia Baru (Maori), dan bahasa Hawaii, yang satu rumpun sama bahasa kita.
Gimana guys? Nemu ga kesamaan-kesamaan di bahasa-bahasa tersebut? Banyaak banget kan!? Walaupun ada sedikit perbedaan-perbedaan di salah satu bahasa, tetapi sacara garis besar masih bisa kerasa kesamaannya. Nah, bahasa Proto Malayo-Polynesian ini yang akhirnya nyebar jadi bahasa-bahasa tersebut.


kaya spesies hewan lah ya, dari famili pecah jadi beberapa genus dan akhirnya berbagai macam spesies. Bahasa Malayo-Polynesian itu bisa dianalogikan sebagai genus, sedangkan bahasa-bahasa yang di tabel itu bisa diibaratkan dengan spesies.

3. Bahasa Melayu Kuna (0 – 1400 M)
Sekarang, baru deh kita masuk ke cikal-bakal apa yang nantinya bakal kita sebut sebagai “Bahasa Indonesia”, yaitu bahasa Melayu. Berdasakan tarikhnya, Bahasa Melayu itu dibagi menjadi tiga periode besar yaitu: Bahasa Melayu Kuna, Bahasa Melayu Klasik, dan Bahasa Melayu Modern. Bahasa yang mau kita bahas ini, Bahasa Melayu Kuna, mengacu ke bahasa yang kira-kira diucapin sama orang-orang yang bermukim di daerah pesisir timur Sumatera, Semenanjung Malaya, dan pesisir barat Kalimantan.

Bedanya sama bahasa-bahasa yang sebelumnya kita bahas nih, mulai sejak Bahasa Melayu Kuna sampe seterusnya kita ga lagi pake bahasa rekonstruksi, tapi bahasa beneran yang digunain sama orang beneran di jaman itu. Tau dari mana? Ya tau dari bukti-bukti yang ditinggalin sama orang-orang di zaman itu. Artinya pada zaman Bahasa Melayu Kuna digunakan, masyarakatnya sudah bisa menggunakan media TULISAN sebagai alat berkomunikasi, yang untungnya sebagian dari tulisan itu tetap bertahan dalam bentuk prasasti dan kitab kuno hingga bisa kita teliti di zaman modern.

Nah sekarang kita ngomongin bukti dulu deh, bukti yang paling jelas bisa kita liat di prasasti-prasasti sejak abad 7-14 M. Tapi, apa semua prasasti yang ditemuin di jaman itu semuanya pake Bahasa Melayu Kuna? Ya nggak lah. Pas jaman itu, yang lagi happening di berbagai wilayah di Nusantara tuh ya Bahasa Sansekerta. Kenapa Sansekerta? Ya karena dulu orang-orang yang bisa nulis tuh cuma orang-orang yang belajar agama Hindu dan Buddha lewat manuskrip-manuskrip berbahasa Sansekerta.Tapi, untungnya, ada sekeluarga besar (baca: dinasti) manusia yang setia banget pake Bahasa Melayu buat nulis-nulis prasasti.

Dinasti yang dimaksud adalah Dinasti Sailendra. Dinasti yang diyakini para ahli sejarah berasal dari nama seorang yang bernama Dapunta Salendra yang bermukim di Sumatera ini membawahi dua kekaisaran yang kejayaannya meliputi setengah dari wilayah Indonesia sekarang. Dinasti ini sangat berkuasa pada zamannya sampai-sampai pengaruh diplomasinya mencakup seluruh wilayah Asia Tenggara hingga ke negeri Tiongkok! Sayangnya, 2 kekaisaran yang menjadi turunan dari dinasti ini suka berantem, yaitu Kekaisaran Sri Wijaya dan Kerajaan Medang.
banyak yang keliru menyebut K.Medang dengan sebutan Mataram Kuno.

Okeh, balik lagi ke bukti-bukti Bahasa Melayu Kuna. Gue bakal kupas satu per satu nama prasasti sekaligus kata-kata menarik yang ada di prasasti-prasasti tersebut. Sekarang kita bakal bahas mulai dari prasasti yang pertama: