Jejak persahabatan Sultan Daulat Sambo (Singa Tanoh Singkil) dan Sisingamangaradja 12 (Batak) dan perjuangannya melawan Belanda - Navigasi News
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jejak persahabatan Sultan Daulat Sambo (Singa Tanoh Singkil) dan Sisingamangaradja 12 (Batak) dan perjuangannya melawan Belanda

Jejak persahabatan Sultan Daulat Sambo (Singa Tanoh Singkil) dan Sisingamangaradja 12 (Batak) dan perjuangannya melawan Belanda
Sultan Daulat Sambo adalah kawan akrab raja Tanah Batak Sisingamangaraja XII.

Sang Raja Batak pernah berkunjung ke kerajaan Batu-batu begitu pula sebaliknya.
Raja Sisingamangaraja XII terkenal sangat keras menentang penjajah Belanda. Baginda gugur di daerah Dairi setelah berperang 30 tahun lamanya.

Rupanya semangat juang sahabatnya inilah membuat Sultan Daulat Sambo tetap bersikukuh melawan penjajahan Belanda dan tidak mau tunduk seperti raja-raja lain sekitarnya.

Sejak kecil Raja Batu-batu ini telah belajar ilmu siasat perang kepada ayahnya Sutan Bagindo sambo.

Nama asli Sutan Bagindo adalah Raja Sarah Sambo, namun karena orang-orang Minangkabau yang lebih dahulu mendiami Lae Raso kalah bersiasat, maka mereka takluk kepada Raja Sarah dan memberinya gelar Sutan Bagindo.

Selain ahli ilmu siasat perang, Sultan Daulat juga ahli silat, kebal dan megegoh (memiliki tenaga yang luar biasa). Ia mampu mengangkat rumah panggung seorang diri dan menyembelih kerbau seorang diri tanpa perlu diikat.

Membangun Benteng

Sebelum bertolak pulang dari kunjungan persahabatan ke Bakkara, Raja Sisingamangaraja XII sempat mengingatkan bahwa Belanda pasti menyerang kerajaan Batu-batu kalau Sultan Daulat Sambo tidak tunduk kepada mereka.
Justru itu sahabat dekatnya itu menyarankan agar sepulang dari kunjungannya ini segera membangun benteng pertahanan.

Sultan Daulat Sambo pun membangun benteng dengan bantuan tenaga ahli dari kerajaan Aceh Darussalam.

Benteng tersebut dibuat dengan bahan baku kayu berbentuk persegi empat dan pintu darurat dibuat disetiap sudut benteng.